Ekop 06

Ekop 06
MAhasiswa Gagal

Kamis, 03 November 2011

BAB 1 SKRIPSI W

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Industri kecil sebagai kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil memiliki peran sentral dalam perekonomian Indonesia khususnya Jawa barat. Walaupun krisis ekonomi telah memporak - porandakan kehidupan bidang usaha besar dan menengah, ternyata industri kecil tetap tegar dan berjalan dalam kehidupan ekonomi tingkat bawah. Adapun alasan yang menjadi dasar dari adanya eksistensi dan keberadaan industri kecil dan kerajinan dalam perekonomian Indonesia, diantaranya seperti yang diungkapkan Irsan Azhary Saleh (1986: 11), yaitu:
1.     sebagian besar populasi dan keberadaan industri kecil dan kerajinan rumah tangga berlokasi di pedesaan sehingga bila dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan pertanian yang relatif kurang, industri kecil merupakan jalan keluar
2.     harga jual yang relatif murah serta tingkat pendapatan kelompok bawah yang rendah yang sesungguhnya merupakan suatu kondisi jawaban sendiri yang memberikan peluang bagi industri kecil dan kerajinan rumah tangga untuk tetap hidup
3.     beberapa kegiatan industri kecil dan rumah tangga banyak menggunakan bahan baku dan sumber-sumber lingkungan terdekat (di samping tingkat upah yang rendah) telah menyebabkan biaya produksi dapat ditekan rendah
4. tetap adanya permintaan terhadap beberapa jenis komoditi yang tidak diproduksi secara massal, juga menjadi salah satu aspek pendukung keberadaan industri kecil
Usaha kecil merupakan salah satu bentuk alternatif strategi untuk mendukung pengembangan perekonomian daerah. Peranan industri kecil terhadap pemerataan dan kesempatan kerja bagi masyarakat terbukti dapat membantu pemerintah dalam menyukseskan program pengentasan kemiskinan dan menekan angka pengangguran. Selain menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, industri kecil terbukti tahan menghadapi krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia.
Di Kabupaten Bandung industri kecil menjadi salah satu penopang perekonomia daerah. Industri kecil banyak sekali  dijumpai disetiap daerah, yang keberadaanya diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat. Dalam Pengelompokan kategori industri kecil, pola spesifik yang sangat menonjol di Kabupaten Bandung adalah kelompok industri lokal dan industri sentra. Kelompok industri lokal umumnya merupakan usaha kerajinan rumah tangga yang dikerjakan oleh anggota rumah tangga. Pada kelompok industri sentra, indikasi pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh terkonsentrasinya bahan mentah bagi suatu produksi di daerah-daerah tertentu. Di Kabupaten Bandung imdustri sentra banyak dijumpai antara lain pada konveksi  di  Kecamatan  Soreang  dan  Kecamatan Kutawaringin,  alat  rumah  tangga  di  Kecamatan  Cileunyi,  kerajinan  bambu  di Kecamatan Pacet, kerajinan topi di  Kecamatan Margaasih, boneka di Kecamatan Margahayu, kerajinan Wayang Golek di kelurahan Jelekong, stroberi di Kecamatan Ciwidey dan lain sebagainya.

Sejak di berlakukannya Otonomi Daerah pada tahun 2004, setiap daerah hendaknya mampu lebih mandiri dan lebih berusaha menggali potensi – potensi yang terdapat di daerahnya, serta berusaha mengembangkan potensi tersebut. Untuk mengembangkan potensi setiap daerah maka daerah harus memiliki suatu keunggulan yang bisa menjadi ciri khas daerah yang bisa memberikan atau membuka lapangan usaha bagi masyarakatnya, misalnya saja potensi seni budaya kerajinan wayang golek yang ada di Kelurahan Jelekong Kabupaten Bandung Jawa Barat.
Wayang golek merupakan salah satu seni budaya masyarakat suku Sunda yang sampai kini dapat tetap bertahan di tengah kehidupan modern. Bahkan kesenian wayang golek sudah menjadi ciri khas seni budaya masyarakat suku Sunda sejak berabad-abad lamanya. Namun seperti seni budaya tradisional lainnya, seni budaya wayang golek sampai kini nyaris tidak diketahui asal-usulnya.
Persepsi masyarakat terhadap seni budaya wayang golek dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari Banyaknya masyarakat suku sunda yang sudah mulai meninggalkan kesenian wayang golek. Namun, pada saat ini berbagai inovasi dan modifikasi dalam pembuatan maupun pementasan wayang golek telah dilakukan untuk dapat menarik minat kalangan baik masyarakat suku sunda, di luar suku Sunda sendiri, bahkan hingga kalangan turis asing.
Padepokan seni wayang golek Desa Giri Harja dari Kabupaten Bandung yang selama ini telah berhasil melakukan inovasi dan modifikasi dalam pembuatan maupun pementasan wayang golek. Sebagian pengamat seni bahkan menyebutnya sebagai wayang golek modern. Sebab dalam pementasannya, seorang dalang wayang golek Asep Sunandar Sunarya misalnya, bisa memperagakan gerakan-gerakan wayang golek (yang terbuat dari kayu) secara halus seperti layaknya manusia. Bahkan, ki dalang mampu memperagakan gerakan wayang golek yang sebelumnya tidak pernah dilakukan seperti merokok dan bisa muntah mie.
Desa Giri Harja sendiri merupakan sebuah dusun yang kini berkembang menjadi sebuah komplek seni Sunda dimana dalang wayang golek kondang Asep Sunandar Sunarya dan keluarganya tinggal. Hasil produksi wayang golek di Desa Desa Giri Harja juga memproduksi wayang ukuran kecil seperti wayang golek sebesar pencil, gantungan kunci dan pulpen. Ukuran wayang golek terbesar yang pernah dibuat adalah wayang golek berukuran sebesar manusia.
Wayang golek biasanya dibuat dari bahan baku berupa kayu jenis albasia atau kayu lame. Kedua jenis kayu tersebut sengaja dipilih sebagai bahan baku karena kayu-kayu jenis tersebut mudah dibentuk. Bahan baku lainnya yang biasa digunakan adalah bahan cat serta peralatan pengecatan yang biasanya berupa alat cat semprot seperti banyak digunakan di bengkel-bengkel pengecatan mobil.
Berdasarkan tulisan diatas keberadaan Kerajinan wayang golek sangat memberikan peranan terhadap perekonomian di negara kita. Selain memberikan masukan pendapatan terhadap PDRB Kabupaten Bandung, juga membantu dalam  hal wahana utama dalam penyerapan tenaga kerja di daerah daerah Kabupaten Bandung khususnya di Desa Giri Harja kelurahan Jelekong.
Berdasarkan hasil peneitian awal yang peneliti lakukan terhadap 6 group pengrajin wayang golek di kelurahan jelekong, rata-rata mereka memiliki 10 pekerja yang terdiri dari bagian ukir, cat , dan jahit baju.  Menurut pemaparan Bapak Dadang selaku pimpinan group wayang golek putra Desa Giri Harja III ( 2010) pendapatan mereka kini cenderung mengalami penurunan. Untuk ekspor saja dua tahun terakhir ini mengalami penurunan yang cukup drastis, selain itu pesanan wayang golek dalam bentuk paket yang biasas di pesan dalang mulai mengalami penurunan pula. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan zaman yang lebih modern, dimana masyarakat mulai meninggalkan minat pertunjukkan wayang golek.
Menurut pengamatan sementara di lapangan, faktor-faktor seperti, kekuatan modal, semakin ketatnya persaingan, dan masih rendahnya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki pengrajin wayang golek dalam mengelola usahanya turut memberi andil terhadap kelangsungan hidup usaha kerajinan wayang golek tersebut. Selain memberikan pendapatan bagi masyarakat, usaha kerajinan wayang golek ini juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan usaha kerajinan wayang golek di Desa Giri Harja Kelurahan Jelekong ini perlu untuk terus ditingkatkan. Namun, masalahnya perkembangan kerajinan wayang golek tersebut kini kurang begitu menggembirakan. Jumlah pengrajin wayang golek di kawasan Desa Giri Harja Kelurahan Jelekong kini semakin berkurang, hal itu dikarenakan laba yang diperoleh para pengrajin wayang golek terebut mengalami penurunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar